Cerita dewasa jilbab bersambung, cerita dewasa jilbab diperkosa, cerita dewasa jilbab mesum, cerita dewasa jilbab terbaru, cerita dewasa jilbaber cerita dewasa eksib cerita dewasa jilbaber cerita dewasa bergambar Memfaalkan cerita birahi Memerinci cerita dewasa mama Mendefinisikan cerita dewasa stw cerita ngewe Membangkitkan cerita sperma muncrat di memek anak kecil colmek pakai botol deodoran tante ajarin brondong ngewe disepong sampai muncrat didalam.
Cerita Ngentot Jilbab Cantik
Cerita Ngentot Jilbab Cantik |
“Kita gak maksud ngeganggu loh, aahh…kan kita duluan di sini” kata Bu
Aida lagi, “terusin aja Pak kita kan lagi sama-sama cari enak
aahh…aahhh….aahhh!” ia mengerang-ngerang nikmat di pangkuanku.
Tidak tahan melihat panasnya persetubuhan kami,Pak Darno pun memeluk Bu
Tiara dari belakang, tangan kasarnya meraih payudaranya yang sudah
terbuka
“Eeemmmhh….Pak…jangan Pak…mmmm!” desah Bu Tiara yang nampak malu-malu
tapi mau, tubuhnya memberontak setengah hati yang malah menambah nafsu
Pak Darno.
“Ayolah Tia, gak usah muna gitu ah! Ntar saya laporin loh ke pacarmu
hehehe….aahhh…ahhh!!” sahut Bu Aida, “Pak Darno yakin udah aman kan
disini yah? Tadi kan udah Bapak kunci pintunya?”
“Beres Bu…aman kok, lagi pada rame di lapangan, jarang yang mau kesini! Asal suaranya jangan terlalu keras aja” jawab Pak Darno
Pergumulan birahi di gudang ini pun berlanjut menjadi dua laki-laki vs dua wanita setelah sempat terganggu sejenak.
“Nungging Bu, hehehe…” Pak Darno meminta Bu Tiara menunggingkan pantatnya dengan tangan berpegangan pada rak.
Penjaga sekolah itu menaikkan rok span Bu Tiara hingga perut kemudian ia
berlutut di hadapan pantat Bu Tiara yang menungging. ‘Sssslllrrrp’ pria
itu membenamkan wajahnya di antara selangkangan wanita itu dan mulai
menghisapi vaginanya.
“Ooohhh….aaahhhh!” Bu Tiara mendesah dengan wajah memerah akibat rasa nikmat yang menjalari vaginanya.
Melihat adegan mereka, birahiku juga semakin naik saja, bibirku dengan
Bu Aida tiada henti berpagutan saling beradu lidah dan di bawah sana
kejantananku masih sibuk mengaduk-aduk vagina Bu Aida dengan ritme
teratur. Rintihan guruku yg berjilbab ini panjang pendek menimpali
setiap genjotan. Aku merasakan gerakannya mulai liar. Ia menghajar
selangkangaku dengan cepat, zakarku jadi agak ngilu ditindih olehnya,
membuatku mulai kewalahan.Ketika berciuman dengan panas itu, aku menarik
ikat rambutnya sehingga rambut hitam sebahukunya itu pun tergerai
membuat penampilannya makin menggairahkan, saat itu pula aku melucuti
kemeja dan branya sehingga di tubuhnya tinggal roknya yang tersingkap,
beliaupun melucuti seragam sekolahku. Dinding vaginanya meremasi batang
penisku seperti diurut, terdorong ke depan dan belakang.
Aku membantunya dengan menaik turunkan pantatku, bunyi kemaluan kami
yang tengah bergesek terdengar jelas. “Plok..plok..plok…” Sekitar lima
menit kemudian, ia pun merintih panjang dan tubuhnya mengejang,
pelukannya terhadapku semakin erat. Aku langsung mencengkram kuat kedua
bongkahan pantat semok itu, selangkanganya terbuka lebar, kini aku bebas
menyerangnya dengan hebat dan penuh tenaga.
“ Aduuuuuh…Ceng…ibu udah gak kuaatt..aduuhh…shhhh…uhhhh….” desahnya penuh kenikmatan.
Cairan orgasme yang hangat pun meleleh membasahi pangkal kemaluanku
hingga akhirnya Bu Aida berhenti mengejang dan terkulai lemas dalam
dekapanku, nafasnya seperti terputus.
“Huuhhhh……nikmat loh Ceng…hhhhh…” bisiknya ditelingaku.
Saat itu, Pak Darno sedang asyik menggenjoti vagina Bu Tiara dalam posisi berdiri.
“Akhh…enak …agak cepat donk Pak” pinta Bu Tiara yang tengah dikuasai birahi
Pak Darno langsung mengabulkan permintaan itu dengan mempercepat irama
sodokan penisnya ke dalam vagina wanita itu. Kelamin mereka beradu
menimbulkan bunyi berdecak-decak yang semakin memanaskan suasana.
Penjaga sekolah itu dibuat merem melek karena menikmati penisnya dihisap
dan diremasi vagina Bu Tiara, sementara Bu Tiara dengan perlahan
mengikuti gerakan pompaan batang kemaluan tersebut dengan diselingi
goyangan putar sehingga membuat Pak Darno makin mengerang tak karuan
merasakan kenikmatan tiada tara pada batang kemaluannya. Tangannya yang
mencengkeram pantat Bu Tiara sesekali menampar bongkahan yang montok itu
sementara tangan satunya dengan liarnya bergerilya di kedua buah dada
Bu Tiara yang indah itu. Payudara staff admin itu pun memerah karena
sedari tadi sudah diremas, dikulum bahkan diobok-obok dengan putaran dan
cengkeraman kuat dari tangan Pak Darno.
“Akhhh…Pak jangan keras-keras dong ngeremesnya! Sakit nih dada saya”
erang Bu Tiara memprotes ketika pria itu mempercepat sodokan penisnya
sembari meremas buah dadanya dengan brutal.
“Eheheh…maaf Bu. Soalnya tetek ibu benar-benar bikin gemes sih. Kaya
orangnya aja nih hehe…” seloroh pria itu sembari kembali memasukkan
penisnya yang sempat keluar karena desakan paha Bu Tiara.
Bu Aida menyandarkan kepalanya di bahuku sambil menyaksikan adegan
mereka. Dadanya naik turun berusaha memulihkan nafasnya, aku menatapnya
sambil tersenyum.
“Gimana Bu? Masih pengen lagi..hehe..” godaku sambil meraba-raba payudaranya.
“Kenapa ngga? Tapi Ibu istrirahat bentar ya, pegel nih” katanya memeluku dari samping.
“Iya bu…tenang aja…gimana kalau sambil ngisepin kontol saya, boleh ga Bu?” pintaku, “horny nih ngeliat Bu Tiara”
Beliau menatapku dengan senyum binal, “Udah berani yah kamu minta gitu?” katanya seraya mencubit putingku
“Hehehe…siapa dulu dong yang ngajarin” godaku.
“Ya udah, duduk gih di situ!” suruhnya melirik ke sebuah bangku kelas
yang sudah tidak ada sandarannya, “Ibu buka baju dulu, biar gak kusut”
Aku menarik bangku tersebut lalu menepuk-nepuk tempat duduknya yang
berdebu sebelum duduk di atasnya, sementara Bu Aida membuka pakaiannya
hingga bugil total, yang tersisa di tubuhnya tinggal kalung, cincin
kawin, kacamata, serta sepatu haknya saja. Ia lalu berlutut di antara
selangkanganku. Kemudian Bu Aida menggenggam penisku dan mulai
mengocoknya perlahan-lahan. Penisku pun berdiri setegak-tegaknya di
hadapan muka guruku ini. Dari dulu aku tidak pernah bermimpi hal seperti
ini bisa terjadi, guruku berlutut di antara selangkanganku memberikan
pelayanan oral seks, wajah cantiknya itu menjadi semakin seksi saja
ketika menjilati penisku dan menghisapnya sembari mengocoknya di dalam
mulutnya. Setelah kira -kira lima menit kemudian, aku tidak dapat
menahan rasa geli dari lidah Bu Aida yang menggelitik lubang kencingku.
Belum pernah saya merasa seperti begitu, semua kenikmatan duniawi ini
seperti berpusat tepat di tengah-tengah penisku itu. Di depan sana Pak
Darno semakin ganas menggenjoti Bu Tiara.
“Uuuhhh…enak Bu…asyik yah kita pesta seks di sini!” kata Pak Darno
sambil terus meremas-remas payudara Bu Tiara sambil sesekali menoleh ke
arahku yang sedang dioral Bu Aida dan tersenyum, “hehe…enak yah dik,
entar kita tukeran yah!”
Bu Tiara semakin mendesah dan jemarinya mencengkeram rak.
“Akhh…gak pernah bosen sama memeknya Ibu, seret bangethh!!” desah Pak Darno menyodokkan penisnya dalam-dalam.
Tiba-tiba Bu Aida berkata, “Ini pasti kamu sudah hampir keluar, ibu hisap saja yah”
Aku hanya mengangguk saja, pasrah mau diapakan saja. Dan kembali
lidahnya menjilat kepala kemaluanku dengan halus, sembari menyedot ke
dalam mulutnya. Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi
seluruh kemaluanku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah.
Lidahnya dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang
mataku seperti untuk meyakinkanku. Kepalanya yg berjilbab putih tampak
turun naik di sepanjang kemaluanku, Sesekali Bu Aida juga menghisap
kedua bijiku bergantian dengan gigitan-gigitan kecil. Aku berpegangan
erat pada pinggiran kursi dan mendesah nikmat. Menerima rangsangan
terus-menerus seperti ini aku merasa gelombang orgasmeku mulai datang.
Detak jantungku kini semakin cepat dan nafasku mulai terengah-engah. Aku
benar-benar sudah di ambang orgasme akibat berulang kali kepala penisku
disapu lidah serta dihisap oleh guruku yang cantik ini.
“Aaaaaaaaaaah… Ibu…!! Saya keluaar…!!” aku akhirnya mengerang panjang
karena merasakan nikmat yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Permainan lidah dan tangan Bu Aida akhirnya tubuhku mengejang dengan sangat hebat
Tangan kiriku meremas-remas payudaranya sedangkan tangan kananku
menekan kepala Bu Aida agar lebih terbenam lagi di selangkanganku. Aku
merasakan penisku yang sudah memuncratkan laharnya masih dihisap kuat
olehnya dan dengan rakusnya ia melahap setiap tetes cairan yang terus
menyemprot dari sana.
“Aaaaaaaaaaaaah…!! U-udaaaah Bu…! Saya udaah nggaak kuaaat lagiiii…!!”
aku memohon agar Bu Aida menghentikan hisapannya pada penisku.
Tanpa memperdulikan permintaanku, guruku ini terus melumat penisku
dengan rakusnya. Lidahnya menjilati kepala penisku beserta lubang
kencing, memberi sensasi yang sungguh luar biasa. Aku benar-benar telah
diombang-ambingkan oleh gelombang orgasme yang nikmat dan mataku menjadi
merem-melek dibuatnya. Setelah menyantap spermaku hingga benar-benar
habis barulah ia menghentikan hisapannya, tidak sedikitpun spermaku
menetes keluar dari mulutnya.
“Duuuhh… asli enak banget Bu…hosshh…hoossshhh!” kataku dengan nafas terengah-engah.
“Kenapa? Kamu gak suka?” tanyanya
“Suka Bu, tapi bener-bener ga nahan banget tadi” kataku sambil tersenyum puas.
“Wah kayanya sepongan Bu Aida mantap nih, saya nanti coba ya Bu!” sahut Pak Darno yang terus menyetubuhi Bu Tiara.
“Kalau Bapak masih kuat silakan aja hehehe…” jawab Bu Aida.
Nafsu birahi guruku ini memang besar, ia tidak memberi kesempatan bagiku
untuk beristirahat, ia mencium lagi bibirku yang juga kubalas dengan
tidak kalah bernafsu. Selagi kami berciuman aku dapat mencium aroma
tajam dari spermaku pada mulutnya.
“Ceng…masukin dong… Ibu udah kepengen…” katanya mesra di telingaku setelah penisku menegang lagi.
“Beres Bu! Tapi biar lebih enak kita pindah ke deket mereka aja yuk!” ajakku dengan penuh semangat.
“Dasar biar bisa pegang-pegang Bu Tiara ya?”
“Hehehe…tau aja si ibu?”
Kami pun pindah ke sebelah mereka lalu Bu Aida mengambil posisi nungging sambil pegangan ke rak persis dengan Bu Tiara.
“Ayo sini, asyik kan ngentot rame-rame gini !” panggil Pak Darno dengan antusias
“Wah Bu Aida, montok bener….wuih!” Pak Darno menepuk pantat Bu Aida dan meremasnya dengan gemas.
“Ihh….apa sih Pak pegang-pegang? Cunihin banget!” omel Bu Aida.
“Hehehe…tapi ibu suka kan?” goda pria itu.
“Udah ah, bapak sama Tiara aja dulu! Fokus dong! Ya ga Tia?”